Hiraukan Elektoral, Zulkifli Hasan: Pancasila Mengajarkan Gotong-Royong Bukan Meninggalkan

29 September 2021, 10:17 WIB
Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan /Syaiful Amri/PubliTanggamus.com

PUBLIKTANGGAMUS.COM – Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan terus ditarik-tarik dalam pusaran reshuffle kabinet yang bakal mendudukannya dirinya sebagai menteri pada pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Ruang pembahasan di lingkaran politik pun meluas dan begitu dinamis. Namun, pria asal Lampung ini menegaskan bahwa rumor yang terjadi, bahkan penilai publik apa pun sah-sah saja.

Bang Zul-sapaan akrab pria yang kini menempati posisi Wakil Ketua MPR RI itu menilai, sebuah kewajaran di tengah iklim demokrasi memandang dinamika politik yang dewasa ini begitu dinamis.  

Baca Juga: Yunarto Wijaya Samakan Gatot Nurmantyo dengan Vina Panduwinata: Gak Mau Kalah Setiap September Manggung

”Ya ndak papa, pembicaraannya kan masih relevan. Tak bicara kopar-kapir. Soal Menteri itu hak prerogatif Presiden,” ujar Zulkifli Hasan dikutip PublikTanggamus.com, Rabu 29 September 2021 dari wawancara salah satu stasiun televisi.

PAN tegas Bang Zul, memiliki sejumlah kader yang tersebar di seluruh daerah. Ada yang berada di lingkaran pengurus pusat maupun wilayah. Potensinya pun beragam, syarat pengalaman dan matang pada bidangnya masing-masing.

”Ada  entrepreneur, ilmuan, akademisi, apalagi pengusaha. Keputusan ada di tangan Presiden Jokowi,” ucap Bang Zul-seraya melempar senyum.

Baca Juga: Zulkifli Hasan: Pilpres Sudah Selesai Sudahi Kopar-Kapir, Tidak Produktif! 

Lebih jauh pria yang sempat duduk sebagai Ketua MPR RI ini menekankan pentingnya mendudukan demokrasi pada ruhnya. Pada semangatnya yang terus merajut merah putih dan keadilan bangsa. ”Umat Islam ada 80 persen di Indonesia. Narasinya yang kita bangun harus pula berlandaskan persatuan, kalau kita ribut terus kapan mau majunya,” tandas Zulkifli Hasan.

Ketika didesak kembali apakah bersedia masuk dalam lingkar kabinet Indonesia Maju? Lagi-lagi dengan gaya diplomatis, Bang Zul menegaskan dasar yang utama adalah hadir dan bekerja untuk kepentingan bangsa.

Pembelahan yang terjadi harus diakhiri dengan ikhtiar bangsa, diawali dengan kerja-kerja produktif. Jika ranahnya demi bangsa dan negasa, maka kepentingan pribadi, partai, harus dikesampingkan.       

Baca Juga: Amandeman UU 1945 Mustahil Dilakukan Saat Ini, Zulkifli Hasan Beberkan Alasannya

PAN masuk dan mendukung Pemerintahan Presiden Jokowi adalah bentuk sinergi. Maka tidak ada hal prinsif yang mendahuluka elektoral, takut ditinggalkan massa.  

“Pemerintahan nomor satu. Saya (PAN) nomor delapan. Yang menang nomor satu, nomor dua. Tidak matematik, jadi gini. Rakyat sudah cerdas, jualan emosional sekarang diterima, tapi kedepan rasional yang lebih diterima,” papar Bang Zul dengan gaya bahasanya yang khas.   

PAN sambung dia, basisnya massanya Islam. PAN partai tengah, partai terbuka, kesempatan ini yang dimaksimalkan untuk menyatukan adanya perbedan. ”Bicara soal pandangan politik hal biasa jika terjadi perbedaan. Itu namanya demokrasi, PAN juga akan tetap konsisten memberikan masukan, dan kritis kontruktif demi bangsa,” jelasnya lagi.

Baca Juga: Sufmi Dasco Minta Pemerintah Kaji Kembali Dilibatkannya Perwira Tinggi TNI-Polri sebagai Plt Kepala Daerah

Bicara soal peluang Menteri atau kedudukan apa pun, sampai hari ini PAN tidak pernah memintanya, PAN sangat objektif. ”PAN punya kesempatan yang sama dengan partai lain. Maka saya tekankan PAN adalah partai yang menggembirakan, seiring sejalan yang dibutuhkan,” tutur pasangan Soraya Mohamad Ali tersebut.

”Kalau ditarik ke kanan kiri, PAN ya tetap berada di tengah. Janji Kebangsaan kita 18 Agustus. Dan ikhitiar itu selalu tertanam dalam diri dan kader yang lain. Kalau bisa kompak Indonesia bisa maju, Itulah tugas saya, PAN berada di tengah. Soal kader-kader PAN silahkan pilih untuk merah putih,” paparnya.

Selain Zulkifli Hasan yang duduk sebagai Ketua Umum PAN kedua kalinya, sejumlah tokoh partai berlambang matahari bersinar itu cukup mentereng. Sebut saja, Sutrisno Bachir yang sejak awal membantu Jokowi dalam memenangkan Pilpres 2019. Selanjutnya ada Hatta Rajasa, sosok yang memiliki kemampuan lengkap dan sempat dicalonkan sebaga Cawapres mendamping Prabowo Subianto.

Baca Juga: Bergabung di Pemerintahan, Partai PSI Ingatkan PAN Dilarang Main Dua Kaki Apalagi 'Nembak' Jokowi

”Sekali lagi itu hak Presiden. Sumbangsih pemikiran bisa digunakan sebagai jembatan. Toh selama ini saya bersedia dating menghadiri dialog, kami bahagia sekali. Sekali lagi saya tidak berandai-andai yang terbaik untuk merah putih,” tutur Zulkifli Hasan.

Terkait penilaian bahwa kekuatan Pemerintah kini begitu absolute dan sebaiknya PAN berada di luar koalisi sebagai penyeimbang, Zul menegaskan kanalisasi aspirasi, pendapat dan masukan tak akan pernah habis.

Tidak ada perbedaan di dalam dan di luar. Pancasila, tegas Bang Zul mengajarkan anak bangsa akan pentingnya gotong-royong. Konteks membangun Bangsa memang harus kuat akan sulit jika ikatan itu lemah.

Baca Juga: Formula E Digelar Juni 2022, Tina Toon: Apa Manfaatnya Buat Rakyat?

”Sekarang begini, kalau kuat, kalau bisa digunakan untuk hal produktif itu bagus sekali. Demokrasi akan bagus jika ada nilai. Nilai-nilai yang terbentuk dengan sistem yang kokoh. Sesunggunya di Pancasila itu musyawarah-mufakat tidak ada yang ditinggalkan,” paparnya.

”Dahulu Indonesia memiliki minyak yang berlimpah, memiliki sengon, kita punya nikel, kita punya SDM, punya demokrasi, jadi kalau tidak berbenah kita tidak bisa mengandalkan demokrasi. Maka, kita akhiri saling mencela, PAN akan tetap kritis,” tutupnya.***

Editor: Syaiful Amri

Tags

Terkini

Terpopuler