Sebanyak 53,2% responden mengaku tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan “Presiden sebaiknya memiliki latar belakang militer/polri”.
Sedangkan yang setuju sebanyak 29,7 persen Presiden sebaiknya memiliki latar belakang militer sedangkan yang tidak menjawab/tidak masalah dengan latar belakang sipil atau militer polri sebanyak 17,1 persen.
"Temuan ini tidak terlalu mengejutkan karena pemilih didua pilpres memang cenderung melihat capres yang kuat bukan hanya mereka yang pernah berkarier di sektor militer," jelas Permadi Yuswiryanto.
Capres sipil, sambung dia, justru memiliki peluang yang lebih besar untuk menang di alam demokrasi Indonesia saat ini, berkaca dari kesuksesan Joko Widodo di 2014 dah 2019 saat mengalahkan pesaingnya yang memiliki pengalaman di militer, Prabowo Subianto.
Dalam hasil survei itu, Airlangga Hartarto mendapat elektabilitas tertinggi dan dianggap sebagai representasi sosok presiden yang diinginkan masyarakat dengan perolehan 21,2 persen.
Sementara Prabowo berada diurutan dua dengan perolehan angka 16,2 persen. diurutan ketiga Ganjar Pranowo dengan perolehan 9,6 persen, Jendral Dudung Abdurachman (5,1persen),
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (4,3 persen).Puan Maharani (3,6 persen),
Sementara lainnya hanya meraih elektabilitas masing-masing, Muldoko ( 3,3 persen).
Selanjutnya mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (3,1 persen), Tito Karnavian (2,7 persen), Khofifah Indarparawangsa (2,7 persen) ,Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (2,6 persen) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (1,3 persen).
Ketua Umum Partai Perindro Harry Tanoesoedibjo (1,1 persen), mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (1,1 persen), dan Ridwan Kamil (0,7 persen), Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 21,4 persen.