Wow, Cadangan Mineral di Kerak Samudera Indonesia Bisa Bikin Kaya Orang Sedunia Ini Hasil Risetnya

- 21 September 2021, 20:26 WIB
Ilustrasi pertambangan Timah
Ilustrasi pertambangan Timah /Antara/Prasetyo Utomo

PUBLIKTANGGAMUS.COM - Dengan bentang lautan selueas 3,25 juta km2 dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif, eksplorasi kerak samudra yang merupakan alas dasar laut memiliki nilai yang sangat strategis bagi Indonesia.

Dilansir dari LIPI, Profesor Riset bidang geologi, Haryadi Permana, menyebut bahwa kerak samudra menyimpan sumber daya mineral yang bernilai tinggi serta dapat bermanfaat dalam upaya mitigasi bencana.

 “Dalam perspektif dinamika kerak bumi aktual, pemahaman dasar kerak samudra dapat dimanfaatkan dalam upaya mitigasi bencana dan menggali potensi sumber daya logam dan migas,” tutur Haryadi dalam orasinya yang berjudul Pemanfaatan Hasil Riset Kepingan Kerak Samudra Purba Dalam Perspektif Dinamika Kerak Bumi Aktual.

Baca Juga: Spesies Katak Bermata Sipit Endemik Lampung dan Belitung Ditemukan BRIN, Namanya Unik Microhyla Sriwijaya

Kepingan kerak samudra terbentuk dalam lingkungan tektonik yang beragam dengan rentang umur mulai dari Zaman Mesosoik, Masa Jura (190–155 Jtl.), Masa Kapur (145–62 Jtl.), Sub-Masa Paleogen.

Kemudian, Kala Eosen (55–33 Jtl.), Kala Oligosen (27 Jtl.), sampai paling muda, yaitu Kala Miosen (20–9 Jtl). Kepingan-kepingan kerak samudra umumnya disebut sebagai ofiolit (ophiolite) yang dapat terbentuk di sepanjang punggungan tengah samudra, lingkungan busur kepulauan, atau pada tepian kerak benua.

 “Di Indonesia, batuan kepingan kerak samudra tersebar mulai dari Sumatra Utara, Pulau Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Halmahera, Pulau Obi-Gag, Pulau Gebe, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau Waigeo dan Leher Kepala Burung sampai ke bagian barat-utara dan bagian tengah Papua,” terang Haryadi.

Haryadi menyatakan penelitian kerak samudra yang mengalasi kawasan ZEE Indonesia telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan submisi klaim landas kontinen di luar 200 nm barat laut perairan Sumatra ke The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).

Baca Juga: Pertamina Buka Banyak Lowongan Kerja Untuk Lulusan D3, Ayo Daftar Paling Lambat Tanggal 25 September

Selain itu, penelitian kerak samudra yang tersingkap di Pegunungan Cyclops hingga perairan utara Papua sebagai‘natural prolongation’ menjadi masukan dalam penyusunan dokumen klaim perluasan batas landas kontinen di luar 200 nm untuk daerah di utara Papua.

 “Penelitian geologi, petrologi, geokimia kepingan kerak samudra yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia mengindikasikan jejak konvergensi (pertemuan) lempengan bumi di masa lalu,” ujar Haryadi.

 Hingga saat ini, kerak samudra terus mengalami pergerakan yang mengakibatkan terbentuknya jalur gempa dan deretan gunung api aktif bawah laut, seperti yang terjadi di kawasan utara Kepulauan Sangihe.

Baca Juga: Halo Lulusan S1-S2, Telkom Indonesia Buka Lowongan Besar-besaran Nih, Yuk Daftar!

Pergerakan kerak samudra juga dapat menyebabkan longsor bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami. Potensi ini sempat teridentifikasi di perairan Mentawai di mana longsoran bawah laut dapat memicu tsunami lokal yang mengancam Kota Padang.

Oleh karenanya, penelitian kerak samudra sangat dibutuhkan dalam upaya mengantisipasi bencana alam di masa mendatang yang diakibatkan oleh pergerakan kerak samudra. “Hasil riset itu pun kami translate menjadi buku-buku ajar praktis dan standar nasional Indonesia untuk kita semua membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana,” imbuhnya.

Baca Juga: Penghentian Ekspansi Minyak Sawit Akan Segera Berakhir, Ternyata Ini Yang DiLakukan Jokowi

Kepingan-kepingan kerak samudra diketahui telah menjadi sumber daya logam dasar bernilai tinggi, seperti nikel, krom, mangan, besi atau seng, unsur tanah jarang, terutama scandium (Sc) dan unsur dari kelompok platinum.

Di sisi lain, Haryadi menekankan bahwa penelitian kerak samudra sangat bermanfaat pula bagi pengembangan ilmu pengetahuan dasar, seperti petrogenesa, umur dan pengembangan konsep tektonik. Tentu saja penelitian yang strategis ini juga membutuhkan kolaborasi untuk dapat memberikan hasil optimal.

“Penelitian ini memerlukan sinergi hulu-hilir untuk memberikan hasil yang optimal, mulai dari perencanaan penelitian sampai dengan desain outcome. Pengguna/stakeholder dari hasil penelitian perlu juga ditetapkan sejak awal sehingga penelitian bisa lebih terarah dan efisien,”  tandasnya.

Editor: Togar Harahap

Sumber: lipi.go.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah