Narasi Empat Setengah Jam Tentang Kudeta yang Terukir dalam Sejarah Soeharto Disebut Palsu

- 2 Oktober 2021, 13:11 WIB
Supersemar yang disimpan ANRI bukan yang asli/DOK. PR
Supersemar yang disimpan ANRI bukan yang asli/DOK. PR /

PUBLIKTANGGAMUS.COM - TNI pada era Orde Baru (Orba) di bawah kendali Presiden Soeharto menulis narasi palsu mereka ke dalam buku-buku sejarah dan menamai jalan-jalan dengan nama para jenderal yang mati syahid di seluruh negeri. 

Ini berbekal dari Surat Perintah 11 Maret, yang diklaim datang dari Presiden Soeharto untuk Soeharto.

Mendirikan patung-patung mereka di kota-kota besar. Di salah satu sudut Pangkalan Udara Halim, Soeharto membuka Museum Pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sehingga pengunjung bisa melongo melihat sumur tempat ditemukannya jasad para perwira yang tewas itu. Pada tahun 1983, Pak Harto-julukan akrab Soeharto menugaskan sebuah dokudrama empat setengah jam tentang kudeta.

Baca Juga: Mengugat Supersemar sebagai Warisan Genosida Soeharto yang Belum Berakhir

”Film ini memiliki kualitas film slasher tahun 1970-an dan penuh dengan kebohongan misoginis tentang penyihir Gerwani yang haus darah yang menyiksa para jenderal yang baik,” tulis Michael G. Vann dalam narasi berjudul “Indonesia Still Hasn’t Escaped Soeharto’s Genocidal Legacy” yang dilansir Jacobin sebuah majalah kiri Amerika Serikat.

Film itu disiarkan televisi setiap 30 September, dan para guru berbaris di kelas mereka ke pemutaran di teater lokal. Kampanye propaganda Orde Baru sangat efektif. ”Karena tidak mungkin untuk menantang narasi TNI, bagi kebanyakan orang Indonesia, kebohongan besar menjadi kenyataan,” ungkapnya.

Kampanye propaganda Orde Baru sangat efektif. Bagi kebanyakan orang Indonesia, kebohongan besar menjadi kenyataan.

Baca Juga: Warisan Diktator Orba Soeharto Terus Gaungkan Peristiwa 1965, Misinya Merebut Kekuasaan

Halaman:

Editor: Syaiful Amri


Tags

Terkait

Terkini