PUBLIKTANGGAMUS.COM - Dengan bentang lautan selueas 3,25 juta km2 dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif, eksplorasi kerak samudra yang merupakan alas dasar laut memiliki nilai yang sangat strategis bagi Indonesia.
Dilansir dari LIPI, Profesor Riset bidang geologi, Haryadi Permana, menyebut bahwa kerak samudra menyimpan sumber daya mineral yang bernilai tinggi serta dapat bermanfaat dalam upaya mitigasi bencana.
“Dalam perspektif dinamika kerak bumi aktual, pemahaman dasar kerak samudra dapat dimanfaatkan dalam upaya mitigasi bencana dan menggali potensi sumber daya logam dan migas,” tutur Haryadi dalam orasinya yang berjudul Pemanfaatan Hasil Riset Kepingan Kerak Samudra Purba Dalam Perspektif Dinamika Kerak Bumi Aktual.
Kepingan kerak samudra terbentuk dalam lingkungan tektonik yang beragam dengan rentang umur mulai dari Zaman Mesosoik, Masa Jura (190–155 Jtl.), Masa Kapur (145–62 Jtl.), Sub-Masa Paleogen.
Kemudian, Kala Eosen (55–33 Jtl.), Kala Oligosen (27 Jtl.), sampai paling muda, yaitu Kala Miosen (20–9 Jtl). Kepingan-kepingan kerak samudra umumnya disebut sebagai ofiolit (ophiolite) yang dapat terbentuk di sepanjang punggungan tengah samudra, lingkungan busur kepulauan, atau pada tepian kerak benua.
“Di Indonesia, batuan kepingan kerak samudra tersebar mulai dari Sumatra Utara, Pulau Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Halmahera, Pulau Obi-Gag, Pulau Gebe, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau Waigeo dan Leher Kepala Burung sampai ke bagian barat-utara dan bagian tengah Papua,” terang Haryadi.
Haryadi menyatakan penelitian kerak samudra yang mengalasi kawasan ZEE Indonesia telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan submisi klaim landas kontinen di luar 200 nm barat laut perairan Sumatra ke The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).
Baca Juga: Pertamina Buka Banyak Lowongan Kerja Untuk Lulusan D3, Ayo Daftar Paling Lambat Tanggal 25 September