Ekspansi Listrik EBT, Pemerintah Mulai Garap PLTS Atap 3,61 Giga Watt

- 22 Agustus 2021, 18:15 WIB
PKS: Rancangan Permen ESDM Soal PLTS Atap Untungkan Orang Kaya & Bebankan PLN
PKS: Rancangan Permen ESDM Soal PLTS Atap Untungkan Orang Kaya & Bebankan PLN /Foto: Dok. ESDM.

 

PUBLIKTANGGAMUS.COM - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menegaskan energi surya mampu mengakselerasi pertumbuhan EBT di Indonesia.

Saat ini, pemerintah tengah menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan target mencapai 3,61 GW atau setara menurunkan emisi GRK 5,4 juta ton CO2.

Baca Juga: Tanggapi Muhammad Kace, Menag Yaqut Cholil Qoumas : Ceramah yang Menghina Simbol Agama Adalah Tindak Pidana

PLTS Atap merupakan salah satu dari tiga pendekatan berbasis ekspansi. Dua diantaranya PLTS Skala Besar dengan target pembangunan 4,68 Giga Watt (GW) setara dengan reduksi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 6,97 juta ton CO2e. Selanjutnya, target PLTS Terapung di 271 lokasi setara 26,65 GW dengan reduksi emisi GRK sebesar 39,68 juta ton CO2e.

"Matahari ini kan ada di manapun. Dari segi potensi, matahari ini sangat membantu menuju net zero emission. Bisa dibilang surya merupakan pilihan ekspansi (EBT) yang tak terbatas," jelas Dadan saat diskusi virtual bertajuk Hitting Record-Low Solar Electricity Prices in Indonesia yang diselenggarakan oleh IESR, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Saksikan Blue Moon Malam Ini Pukul 19.01 WIB, Jika Kelewat Tunggu 20 Agustus 2024

Pengembangan ini sekaligus mentransformasi kebutuhan energi bersih di masa mendatang.
"Kita sudah punya contoh yang baik dari PLTS Terapung Cirata dan kita ingin memiliki proyek kelanjutannya. Apalagi isu dari pengadaannya hampir minim," ujar Dadan.

Pendekatan terakhir adalah pengembangan PLTS Atap dengan target mencapai 3,61 GW atau setara menurunkan emisi GRK 5,4 juta ton CO2. "Kami sudah melakukan kajian melihat dari sisi pemanfaatan ekspor-impor dengan prinsip 1:1," beber Dadan.

Baca Juga: Duh Gusti! Potensi Tsunami Selat Sunda Diprediksi Capai Ancol-Tanjung Priok

Dadan meluruskan prosedur ekspor-impor listrik PLTS Atap dengan prinsip dimaksud. Berdasarkan hasil survei internal, hasil produksi listrik dari PLTS Atap tidak seluruhnya masuk ke jaringan PT PLN (Persero).

"Misalnya dari produksi listrik 100 kWh, kalau di rumah tangga hanya 24% masuk ke PLN. Sementara untuk industri, angkanya lebih kecil lagi antara 5-8% karena di produksi sendiri," tegasnya dalam rilis Kementerian ESDM.

Ia pun menampik skema ekspor-impor PLTS Atap yang dinilai dapat finasial PLN terganggu. "Jadi PLN bukan mengalami kerugian, tapi sisi pendapatannya berkurang. Pemerintah sudah menghitung itu. Makanya kami dorong untuk melakukan perbaikan dari sisi jam operasi pembangkit," ungkap Dadan.

Melalui proses pendekatan tersebut, pemerintah meyakini bahwa pangsa pasar PLTS akan tumbuh lebih cepat sehingga membantu percepatan EBT 23 persen di 2025.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Minta Rumah Sakit Buat Inovasi Baru Untuk Tingkatkan Pelayanan

"Saya punya keyakinan kalau kita punya market 500 MW setahun di dalam negeri. Industri hulunya akan masuk ke sini dan di saat yang sama bisa meningkatkan dari sisi Tingkat Komponen Dalam Negeri," harap Dadan.

Dadan mengungkapkan, sementara ini rencana penambahan kapasitas PLTS dalam draf RUPTL 2021-2030 setidaknya mencapai sekitar 5 gigawatt (GW). "Dari sisi kapasitas memang ini masih didiskusikan yang masuk RUPTL berapa GW, tapi angkanya sudah di 5 GW akan masuk di RUPTL untuk 10 tahun ke depan," ungkapnya.

Editor: Togar Harahap

Sumber: Rilis


Tags

Terkait

Terkini