Hijrah Harus Dimaknai Sebagai Upaya Meninggalkan Kebiadaban Menuju Keberadaban

- 13 Agustus 2021, 19:57 WIB
Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Siti Musdah Mulia.
Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Siti Musdah Mulia. /Humas BNPT

Menurutnya sangat tidak etis dilakukan saat banyak masyarakat berjuang untuk bertahan hidup di masa sulit saat ini sehingga ia menanggap hal tersebut bertentangan dengan kemanusiaan.

"Kita harus mengkritik aktor politik kita yang dalam situasi masih pandemi Covid-19 malah sudah memulai kampanye di tengah kondisi masyarakat yang masih sulit seperti ini. Tentunya ini sangat bertentangan dengan kemanusiaan. Itu memalukan sekali!" tegasnya.

Terkait dengan banyaknya narasi kelompok radikal yang menentang peringatan tahun baru Islam 1 Muharram 1443H dengan dalih bid’ah, Musdah mengutarakan pendapatnya bahwasanya tidak selamanya bid’ah itu buruk sehingga sangat penting untuk dapat memahmi secara positif makna lain peringatan tahun baru hijriah.

"Sejatinya peringatan 1 Muharram itu adalah upaya untuk mengangkat sejarah perjuangan Rasul Muhammad pada saat hijrah meninggalkan Mekah yang masih penuh dengan jahiliyah kepada kehidupan yang madaniyah, yang lebih baik dan berperikemanusiaan," tuturnya.

Oleh karena itu ditengah problem yang menerjang bangsa ini Musdah mengutarakan bahwa ada 3 hal yang harus dilakukan manusia dalam kodratnya sebagai khilafah di bumi.

Pertama, yaitu manusia harus bisa memimpin diri sendiri agar beradab, mengelola pikiran agar selalu bersih dan selalu positif.

Kedua, yaitu manusia harus dapat mengelola qolbu sebagai hal yang sangat psikologis yang berhubungan dengan kedekatan seseorang dengan sang pencipta. Ketiga yaitu me-manage syahwat baik seksualitas maupun kekuasaan.

"Setidaknya kita harus jadi khilafah untuk diri sendiri. Inilah gunanya kita diciptakan oleh Tuhan sebagai khilafah, yaitu dapat memberikan manfaat untuk makhluk lainnya, karena kejahatan ataupun kebiadaban itu datangnya dari pikiran dan hati yang kotor," ujar Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ).

Terkait peran kaum perempuan dalam konteks hijrah kebangsaan, Musdah menilai peran-peran tersebut akan sulit dilakukan jika para kaum perempuan tidak menyadari bahwa dirinya juga manusia, seorang warga negara, seorang manusia merdeka yang punya harkat martabat.

Kaum perempuan harus menyadari potensi dirinya sebagai manusia agar dapat berperan dan memberikan karya-karya kemanusiaan terlebih pada kondisi bangsa saat ini.

Halaman:

Editor: Armanugi Saputra


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah