Selain itu Rury menjelaskan bahwa Pulau Sumatera, menempati posisi kedua wilayah terluas untuk keanekaragaman spesies Microhyla. Hal ini diwakili oleh tujuh dari sembilan spesies Indonesia (M. achatina, M. berdmorei, M. gadjahmadai, M. heymonsi, M. fissipes, M. palmipes, dan M. superciliaris).
Baca Juga: Perang Digital Berikut Ini Yang DiKatakan Ketua PCNU Kabupaten Tanggamus
Terkait status konservasi amfibi di pulau Belitung, Amir menjelaskan bahwa habitat amfibi di pulau ini sudah terancam oleh kegiatan antropogenik yang mengakibatkan kerusakan habitat beberapa jesnis amfibi. Penemuan Microhyla sriwijaya menegaskan perlunya melestarikan habitat alami pulau yang berharga.
Selain itu perlu dilakukan survei dan studi herpetologi secara ekstensif di wilayah yang lebih kecil dan kurang tereksplore potensi kehatinya seperti Belitung. “Spesies amfibi pertama yang endemik di pulau ini, Ichthyophis billitonensis, telah dideskripsikan lebih dari 50 tahun yang lalu (Taylor, 1965). Selanjutnya penemuan jenis katak baru dari Pulau Belitung pada tahun 2012, yakni ditemukannya Leptobrachium ingeri (Hamidy et al., 2012). Terlepas dari penemuan-penemuan ini, tidak ada survei amfibi khusus disertai dengan literatur yang diterbitkan berasal dari pulau ini,” pungkasnya.