Kasus Kematian Covid-19 di Asia Tenggara Tertinggi di Dunia

- 23 Agustus 2021, 23:23 WIB
Alat berat berupa ekskavator di TPU khusus jenazah Covid-19, Situgede, Kota Bogor, Jawa Barat.
Alat berat berupa ekskavator di TPU khusus jenazah Covid-19, Situgede, Kota Bogor, Jawa Barat. /Antara Foto/Arif Firmansyah/

PUBLIKTANGGAMUS.COM- Federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mencatat, Asia Tenggara mencetak angka kematian tertinggi di dunia akibat Covid-19 varian Delta dan distribusi vaksin global yang tidak menyeluruh.

"Lonjakan kasus Covid-19 berdampak pada kapasitas rumah sakit di Vietnam, Malaysia, hingga Myanmar yang disebabkan peningkatan kekhawatiran pada angka kematian yang mungkin akan melonjak karena penyebaran virus yang pesat di area perkotaan," tulis IFRC dalam keterangannya, Senin 23 Agustus 2021.

Menurut data dari John Hopkins University, Asia Tenggara dalam dua minggu terakhir mencatat sekira 38.522 kematian akibat Covid-19.

Baca Juga: Delapan Fokus Pengembangan Teknologi BPPT di 2021

"Kenaikan kasus Covid-19 di Asia Tenggara terjadi karena varian Delta yang mengakibatkan orang kehilangan banyak anggota keluarga secara tragis dan ini masih akan berlanjut," kata Direktur Asia Pasifik IFRC Alexander Matheou.

Matheou mengaku khawatir, dengan penyebaran virus di wilayah Asia Tenggara yang terjadi mulai dari perkotaan hingga pedesaan akan mengakibatkan lagi banyak nyawa yang hilang karena distribusi vaksin yang belum merata.

"Tingkat vaksinasi di Asia Tenggara sudah optimal di beberapa negara akan tetapi masih banyak negara yang memiliki tingkat vaksinasi yang rendah. Hal ini sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat," ujarnya.

Menurut Our World in Data Universitas Oxford, Kanada dan Spanyol telah menvaksin sekira 64 persen populasinya lalu diikuti dengan Inggris sekitar 60 persen dari populasinya.

Sementara itu, di Asia Tenggara, Malaysia baru memvaksin sekitar 34 persen populasinya, Filipinia 11 persen, dan Vietnam dengan tingkat vaksinasi kurang dari 2 persen.

Halaman:

Editor: Ardi Hariadi

Sumber: Federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah


Tags

Terkait

Terkini