45 Orang Tewas, 5 Orang Lainnya Dinyatakan Hilang dalam Tragedi Banjir di Selangor

26 Desember 2021, 15:00 WIB
Penduduk desa dan otoritas setempat melakukan operasi penyelamatan di desa yang terkena dampak banjir di Shah Alam pada 19 Desember 2021. /EPA-EFE

PUBLIKTANGGAMUS.COM - Korban tewas akibat banjir di Malaysia bertambah 46 orang, sedangkan 5 orang dinyatakan hilang, hingga Minggu 25 Desember 2021.

Hujan deras berhari-hari menyebabkan sungai meluap akhir pekan lalu membanjiri kota, memutus jalan utama, dan memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

Selangor negara bagian Malaysia yang paling padat penduduknya dan mengelilingi ibu kota Kuala Lumpur telah menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena dampaknya.

Baca Juga: Waspada! Covid-19 Varian Omicron Telah Sampai di Malaysia dan Singapura

Banyak di ibu kota negara bagian yang dilanda banjir, Shah Alam, dibiarkan terdampar di rumah mereka tanpa makanan selama berhari-hari.

Sebelum dievakuasi dengan kapal dalam operasi penyelamatan yang kacau balau.

Inspektur Jenderal Polisi Acryl Sani Abdullah Sani mengatakan jumlah korban tewas naik menjadi 46 orang karena lebih banyak mayat ditemukan, mayoritas kematian di negara bagian Selangor dan Pahang.

”Masih ada lima orang yang hilang. Kami berharap mereka segera ditemukan," katanya dalam konferensi pers.

Baca Juga: Tragis ! Nenek 81 Tahun di Johor Malaysia Meninggal Saat Jalani Isolasi Mandiri

Ditambahkannya, 54.532 orang masih berada di lebih dari 300 pusat evakuasi di tujuh negara bagian dan 68 jalan tetap ditutup karena banjir.

Ratusan pekerja turun ke lokasi menggunakan backhoe dan truk untuk memindahkan barang-barang yang berserakan di jalan-jalan di luar rumah-rumah penduduk, kata Acryl Sani sambil menyerukan kehati-hatian karena beberapa sungai masih meluap.

Mobil yang rusak terlihat di Kuala Langat, Malaysia, pada 20 Desember 2021. EPA-EFE

Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim sebelumnya mendesak pemerintah untuk mengadakan penyelidikan publik menyusul tanggapan banjir yang dikritik secara luas.

”Koordinasi yang buruk antara badan-badan pemerintah dan pengerahan militer yang tertunda mengubah respons terhadap bencana alam menjadi bencana kemanusiaan, pemerintahan," ungkapnya.

Baca Juga: Banjir Sehari 17 Orang Tewas, 66.000 Ribu Warga Selangor Mengungsi

Menanggapi hal ini Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob telah mengakui ada kelemahan tetapi menjanjikan perbaikan di masa depan .

Negara Asia Tenggara itu dilanda banjir setiap tahun selama musim hujan, dari November hingga Februari, tetapi banjir pada akhir pekan adalah yang terburuk sejak 2014.

Pemanasan global telah dikaitkan dengan banjir yang semakin parah. Karena atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak air, perubahan iklim meningkatkan risiko dan intensitas banjir dari curah hujan yang ekstrem.***

Editor: Syaiful Amri

Tags

Terkini

Terpopuler