Krisis Uang Tunai dan Kelaparan, Taliban Minta Eropa Cairkan Aset Milik Afghanistan

- 30 Oktober 2021, 17:01 WIB
ILUSTRASI - Pejabat Qatar mengatakan bahwa mengakui pemerintahan Taliban saat ini bukanlah prioritas dunia, melainkan kemanusiaan serta kebebasan.
ILUSTRASI - Pejabat Qatar mengatakan bahwa mengakui pemerintahan Taliban saat ini bukanlah prioritas dunia, melainkan kemanusiaan serta kebebasan. /Reuters

PUBLIKTANGGAMUS.COM - Afghanistan di bawah rezim Taliban tengah didera krisis uang tunai dan kelaparan massal yang terus memburuk. Dengan kondisi seperti itu, Taliban mendesak untuk pencairan aset-aset cadangan bernilai miliaran dolar.

Afghanistan memang menyimpan aset miliaran dolar di bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, dan beberapa bank sentral di Eropa.
Namun, aset-aset itu telah dibekukan sejak Taliban menggulingkan pemerintah Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu.

Juru bicara Kementerian Keuangan rezim Taliban, Ahmad Wali Haqmal mengatakan, Afghanistan akan menghormati hak asasi manusia termasuk hak perempuan asalkan bisa mendapatkan bantuan dan kucuran dana segar dari luar negeri demi menangani krisis ekonomi yang semakin parah.

"Uang itu milik negara Afghanistan. Berikan kami uang kami sendiri," kata Haqmal kepada Reuters, dikutip Sabtu, 30 Oktober 2021.

Baca Juga: Bertemu dengan Somi di Jalan, Ini Reaksi Chungha Menjadi Sorotan Fans!

"Membekukan uang ini tidak lah etis dan bertentangan dengan semua hukum dan nilai internasional," imbuhnya

Jika aset itu dapat dicairkan, Haqmal memastikan, bahwa Afghanistan akan mengizinkan perempuan mendapat pendidikan, meskipun tidak di ruang kelas yang sama dengan laki-laki.

Hak asasi manusia, katanya, akan dihormati tetapi dalam kerangka hukum Islam, yang tidak akan mencakup hak-hak para kaum LGBT.

"LGBT... Itu bertentangan dengan hukum Syariah kami," tegasnya.

Halaman:

Editor: Ardi Hariadi

Sumber: Reuters


Tags

Terkait

Terkini