PUBLIKTANGGAMUS.COM - Sebagian besar masyarakat Amerika Serikat (AS) banyak yang memilih berhenti bekerja dan mengandalkan bantuan dari pemerintah semenjak pandemi Covid-19.
Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan, fenomena seperti ini terjadi di Amerika Serikat. Masyarakat lebih memilih menjadi pengangguran daripada bekerja. Hal ini membuat lapangan pekerjaan membludak.
"Job openings and Labor Turnover Survey Departemen Tenaga Kerja menyebut lowongan pekerjaan melampaui jumlah pengangguran. Lebih dari 2 juta pada Juli," kata Hans, Jumat, 29 Oktober 2021
Baca Juga: Kekhawatiran Shin Tae-yong Terbukti, Australia Unggul di Dua Leg atas Timnas Indonesia U-23
Hans mengatakan, saat ini restoran di Amerika Serikat banyak kekurangan tenaga kerja. Kondisi itu berdampak pada antrian yang cukup lama, sebab pelayan tidak ada.
"Terjadi disfungsi pasar tenaga kerja Amerika Serikat di tengah pandemi. Ada teman cerita yang balik dari Amerika Serikat, kalau makan di restoran tempat ada tapi lama kita nunggu. Kenapa? yang melayani nggak ada," katanya.
Menururt Hans, salah satu penyebab minimnya kemauan bekerja adalah kebijakan pemberian bantuan negara Paman Sam tersebut. Di mana, sejak pandemi pemerintah menggenjot pemberian bantuan untuk menopang kehidupan masyarakat.
"Artinya orang di Amerika nggak mau kerja. Jadi dia lebih baik dirumah terima jobless, banyak terima bantuan. Awal pandemi USD1.200 lalu USD600 zaman Trump. Lalu Biden USD1.400 jadi terima uang terima terus. Jadi tidak perlu kerja," terangnya.
Saat ini, kata Hans, pekerja dan pemberi kerja sedang bernegosiasi agar upah yang diterima tidak lebih kecil dibanding bantuan yang diberikan pemerintah.