Ribuan Hektare Hutan di Sumatera Selatan dan Riau Terbakar, Terpantau dari Citra Satelit

- 11 Oktober 2021, 16:59 WIB
Seniman dari Insitute Tingang Borneo Teater (ITBT) mementaskan teater Owa Primata Kalimantan di Aula Bengkel Teater, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu 25 September 2021. Pertunjukan yang menceritakan tentang kehidupan Primata Kalimantan dan bahaya dampak bencana kebakaran hutan dan lahan tersebut sebagai upaya pengenalan pentingnya pelestarian lingkungan kepada masyarakat melalui seni teater.
Seniman dari Insitute Tingang Borneo Teater (ITBT) mementaskan teater Owa Primata Kalimantan di Aula Bengkel Teater, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu 25 September 2021. Pertunjukan yang menceritakan tentang kehidupan Primata Kalimantan dan bahaya dampak bencana kebakaran hutan dan lahan tersebut sebagai upaya pengenalan pentingnya pelestarian lingkungan kepada masyarakat melalui seni teater. /PublikTanggamus.com/Antara Foto/Makna Zaezar

PUBLIKTANGGAMUS.COM - Sedikitnya 2.003 hektare (Ha) hutan dan lahan di Sumatera Selatan terbakar sepanjang tahun 2021 ini. Data ini belum termasuk Karhutla di Provinsi Riau yang dikhawatirkan terus meluas dari pantauan citra satelit LAPAN.

Data ini dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Senin 11 Oktober 2021. Hasil pantauan tim KLHK bekerja sama dengan LAPAN dari Januari-Agustus.Sementara periode September dan menunggu finalisasi.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) KLHK wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto menyebut data yang tersaji merupakan analisis citra satelite landsat 8 OLI/TIRS yang di-overlay dengan data sebaran titik panas.

Baca Juga: Pengumuman! SIEJ Bikin Workshop Gratis Bagi Jurnalis Yang Ingin Belajar Memantau SDA dan Hutan Indonesia

”Data yang diterima 2.003 hektare hutan dan lahan di Sumatera Selatan terbakar sepanjang tahun 2021 ini,” jelas Ferdian Krisnanto di Kota Palembang.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori menambahkan kondisi cuaca jadi faktor utama pemantik karhutla.

Fakta ini dapat ddibandingkan tahun 2020 dengan 2021. ”Tahun ini kondisi cuaca cenderung kering. Bila terjadi hujan titik panas berkurang,” ujarnya.

Baca Juga: Sekitar 10.500 Relawan Bulan Sabit Merah Turki Membantu Korban Kebakaran Hutan

Ia mengklaim karhutla Sumsel masih bisa diatasi. Kerja sama dengan upaya penyiraman udara (water bombing) menggunakan helicopter.

Halaman:

Editor: Syaiful Amri

Sumber: Antara


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah